Selasa, 14 Juni 2016

Sibuk atau santai, mana yang Yesus suka?

Maria dan Marta

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10:38-42)

Teman-teman Babaters mungkin pernah membaca tentang Maria dan Marta... kalau belum pernah, baca lagi saja. Tuh ada di atas.

Apakah pembaca (khususnya remaja) pernah melakukan pelayanan di gereja, entah itu petugas kolekte, liturgos, pemusik, dan lain-lain. Kalau belum pernah, jangan berkecil hati karena masih ada kesempatan kedua, ketiga dan keseterusnya. 

Mungkin seseorang "karena terpaksa" harus jadi bendahara atau jadi ketua komisi. Ya, untung-untung ada yang mau, dibanding jaman dulu, seseorang akan menerima jabatan karena "sungkan" setiap kali ditanya pembina, tidak mampu menolak ajakan, ikut-ikut teman, dll. Tapi tidak, jaman sekarang kaum muda lebih ekspresif dalam melakukan kehendaknya. Kalau mereka merasa tidak yakin atau tidak suka, ya langsung saja bilang GA MAU, GA SUKA. Sekali tidak tetap tidak.

Tapi tidak semua begitu, beberapa orang merasa pelayanan mereka adalah kewajiban, yaitu sebagai ekspresi tanggung jawab. Sebenarnya ada dua versi orang seperti ini, 

Pertama: orang yang merasa melayani Tuhan dengan kemampuan mereka (baik itu seadanya atau sepenuhnya) adalah wujud dari ekspresi iman, atau bisa dibilang termasuk ibadah. Seperti orang yang sedang berpuasa atau melakukan nazar, tidak hanya pergi ke tempat ibadah, mereka juga melakukan tindakan terentu untuk meraih tujuan tertentu. Contohnya, dalam kisah Daniel dkk yang menjadi vegetarian (makan sayur saja) untuk membuktikan kepada Raja Nebukadnezar tentang sesuatu hal. ~ baca sendiri kisahnya di Kitab Daniel 1 atau disini.

Atau misalnya ada si Amin, pengen sepeda motor - sudah berdoa tiap hari tidak kunjung tiba. Lalu dia memutuskan untuk melakukan pelayanan (dengan tujuan supaya doanya dikabulkan). Ehh... ternyata sudah 1 tahun pelayanan, motor tidak didapat. Lalu berhentilah dia menjadi petugas kolekte, berhenti dari komisi..... ketika ditanya Kakak pembina: apakah ingin pelayanan? lalu jawabnya "nggak Kak, sudah pernah" (dalam hati berkata, it didn't work.... I done with it)

Kedua: orang yang karena jabatannya dan posisinya di gereja melakukan pelayanan mereka karena sudah berjanji atau disumpah. Misalnya, si Haleluya adalah anak Pendeta dan dia merasa perlu untuk terlibat dalam pelayanan di komisi remaja... anak yang baik, membantu pekerjaan orang tuanya. Ketika ada tugas pelayanan dia selalu hadir dan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, jika tidak bisa hadir - dia selalu mencari penggantinya. What's wrong with that? Nothing... he is good. 

Tapi hanya si Haleluya yang tahu, bahwa sebenarnya dalam hati dia itu ngedumel, sering menyalahkan temannya karena tidak hadir dan kurang tanggung jawab. Jadi, contoh kedua ini adalah, orang yang melakukan pelayanan karena dasar tanggung jawab saja, karena pikirnya "malu dong kalau ayas tidak hadir, kan ayas petugasnya... apa kata teman-teman nanti?, pasti nanti aku dirasani... digosipin.. mau ditaruh dimana muka aku" ?

Antara Yesus, Maria dan Marta 

Mari kita lihat kembali kisah Maria dan Marta, si Marta kan menerima Yesus kerumahnya. Kalau ada tamu, tentu sebagai tuan rumah yang baik dia kan menyediakan minuman, makanan, dll. Apalagi tamunya ini Yesus lho.... yup, Marta ini sibuk sekali... sibuk sekali melayani  (10:40).
Alkitab mencatat yang melayani ya Marta, sedangkan Maria ngapain? menemani tamu... iya dong, masak tamu nunggu di ruang tamu sedangkan tuan rumahnya sibuk semua dibelakang? Dikatakan bahwa Maria ini duduk dekat kaki Yesus.... iya, duduk dan mendengarkan Sang Tamu berkata-kata. 

Twist terjadi ketika Marta protes, kenapa saudarinya santai-santai saja? (kurang tahu yang mana yang lebih tua). Tapi Yesus berkata, sini lho... makan minum itu ga seberapa penting, yang penting itu mendengarkan perkataan Aku, Firman Tuhan.  Yesus juga tidak menyalahkan Marta, itu kan bentuk tanggung jawab juga sebagai tuan rumah - hanya saja Yesus tidak menganggap hal itu penting. Mungkin yang dipermasalahkan oleh Yesus sebenarnya, Marta tidak perlu protes jika memang "niat"nya ingin memberi sajian untuk Sang Tamu.

Pelayanan, Kebahagiaan dan Tujuan Nasib Hidupmu

Jika kamu amati dalam kehidupan sehari-hari, ketika kamu ingin menyeberang lalu ada ibu penjual sayur yang minta tolong untuk membantu menaikkan keranjang dagangan diatas kepalanya (nyunggi). Tidak ada orang lain, jadi "terpaksa" harus kamu yang membantu - apakah kamu lakukan dengan senang hati atau berat hati? Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa menolong orang akan membuatmu lebih bahagia, alangkah lebih bahagianya jika kamu melakukannya dengan senang hati. 

Do what you love and love what you do.... begitulah pedoman orang jaman sekarang. Penting untuk mengetahui apa yang kamu cintai (untuk dilakukan) - apakah kamu suka memasak seperti Marta? lakukan hal itu... dan jangan mengomel, after all... masakan yang dibuat dengan cinta akan terasa lebih enak. 

Lalu bagaimana dengan love what you do? Banyak orang lulusan arsitek, kerjanya di bank, lulusan teknik mesin, kerja di bank... bukan berarti hanya bank yang menyediakan lapangan pekerjaan, tetapi banyak orang yang dulunya mungkin masuk jurusan tertentu karena dasar suka/cinta dengan bidang itu... nyatanya mereka tidak bisa melakukan hal itu untuk profesinya. 


Kalian pernah dengar  "tresno jalaran soko kulino" artinya cinta tumbuh karena terbiasa. Meskipun pada awalnya kalian tidak suka (dengan pekerjaan tertentu), tidak menutup kemungkinan kamu bisa menyukainya kelak. Yang diperlukan sebenarnya hanya kerelaan hati untuk menerima, lalu berusaha untuk mencintai. 

Nah, sebelum kalian melakukan atau sedang melakukan pelayanan.... coba tanyakan pada diri sendiri: Sudahkah saya menerima Yesus sebagai juruselamat? 
Karena Yesus sudah terlebih dahulu mencintai Anda... cobalah untuk menerimaNya dan mencintai Dia... Just give it a try

Pelayanan yang hanya dilakukan karena bentuk tanggung jawab dan etika moral saja tidak akan membawamu kemana-mana,  tapi hubunganmu pribadi dengan Tuhan yang akan membawamu ke kehidupan kekal kelak dan kehidupanmu sehari-hari saat ini menjadi lebih bermakna. Jika hubunganmu dengan Tuhan sudah baik, tentunya kamu akan berbuat yang menyenangkan hati Tuhan.... termasuk dalam pelayanan.

#5
NB: Semua contoh, nama orang dan cerita (kecuali yang ditulis di Alkitab) adalah fiktif belaka dan hanya bertujuan untuk memperjelas penjelasan. Tidak ada maksud untuk menyudutkan atau menyindir seseorang atau dua orang. Jika terjadi kemiripan nama dan karakter itu hanyalah kebetulan semata.

Minggu, 24 April 2016

Persekutuan, apa itu?

Kira-kira tiga tahun lalu, saya tanya anak remaja mengenai "ketidakhadirannya" dalam persekutuan. Lalu dia menjawab, "ngapain aku ke suatu persekutuan (Kristen) yang acaranya nonton film... mending aku nonton film yang sama dirumah atau bersama teman lain" (teman satu geng atau teman sekolah).

Suatu jawaban yang menohok. Saya tidak tahu dengan generasi sekarang, tetapi generasi sebelumnya ada lho anak-anak yang berpikir seperti itu di komisi remaja. 

Hal itu membuat saya berpikir, iya ya... sebenarnya apa yang dicari, dan diharapkan oleh para remaja (yang Kristen khususnya), ketika berada pada lingkungan yang "katanya" rohani ini?

Terlebih lagi, saya bertanya-tanya, apakah yang diharapkan dan dicari oleh Pengurus Komisi Remaja, baik itu dari kakak-kakak pembina atau senior-seniornya, termasuk dari Majelisnya? 

Saya bayangkan suatu persekutuan itu secara umum adalah semacam komunitas, perkumpulan, brotherhood, geng mafia - yang ketika ada satu anggotanya dilukai, lalu ada yang menolong dan memperkuat (kecuali di mafia, tentunya ada wacana pembalasan), saya bayangkan ketika ada yang terluka, mendapat musibah - disitulah tempat para anggota untuk menguatkan, mendukung, dll. Kalau kalian melihat film The Lord Of The Ring, saya bayangkan persekutuan itu seperti itu, mereka menamakan diri Fellowship of the Ring.

Tidak hanya itu, dalam dunia bisnis juga ada kata persekutuan, misalnya: CV. (commanditaire vennootschap), dalam salah satu penjelasannya disebutkan bahwa CV adalah suatu gabungan atau asosiasi dari dua individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba.

Perhatikan kata yang dicetak tebal, ya, kata tujuan. Beberapa waktu lalu saya tanya pengurus di komisi remaja Tumapel, sebenarnya visi dan misi dari KR ini apa? dengan kata lain, melakukan usaha secara bersama, tujuannya apa? Mereka tidak bisa menjawabnya. (eekkk... waktu habis)
Tentunya di lingkungan rohani kita tidak dapat mengatakan untuk memperoleh laba bukan? apakah kolekte bertujuan untuk memperoleh laba? Tentu saja tidak!!

Katakanlah kita tidak mempunyai tujuan apapun dalam suatu perkumpulan atau persekutuan remaja ini. Jika tidak ada, tentu pilihannya hanya dua, yaitu: membuatnya, atau tidak membuatnya. Saya lebih memilih yang pertama, membuatnya (make one) atau mengadakannya. Karena jika tidak ada tujuan tertentu, untuk apa kapal berlayar dan menghabiskan biaya atau menunggu rusak? 

Nah, kali ini mari kita berandai-andai mengenai tujuan apa sebaiknya yang kita tentukan. 
  1. Apakah tujuannya untuk menarik teman-teman lain supaya datang ke persekutuan, supaya datang ke gereja? Supaya anggotanya banyak? Bayangkan Hobbit, jika "lakon"/pahlawannya banyak bagaimana? seru, bingung, kuat, senang?
  2. Apakah tujuannya untuk menjaga keakraban, memperkuat keakraban? Bagaimana jika sudah akrab, mau akrab level berapakah yang menjadi targetnya?  
  3. Tujuan-tujuan lain yang lebih mulia.
Mari kita lihat film lain, The Smurf. Desa Smurf adalah desa yang tujuan utamanya adalah bahagia, damai, dan aman. Para Smurf bekerja, ada yang malas, ada yang sembrono, ada yang suka bersolek, suka bikin kue dll. Mereka hidup happily ever after, ........ bahagia.

Lalu datanglah seorang Gargamel dan kucingnya, tujuan mereka tergoyahkan, mereka tidak damai, tidak bahagia, tidak aman. Ketika mereka berhasil mengusir Gargamel, desa mereka kembali ke keadaan semula. Si pemalas masih tetap saja malas, yang sembrono tetap saja seperti itu, semua kembali seperti semula... 

Mau seperti itukah ??

Ataukah kalian mau seperti Hobbit dan Harry Potter - dalam perjalanan dan petualangannya, mereka secara moral dan karakter menjadi lebih maju dan berkembang, lebih berani, lebih kuat, dsb.

Mari kita kembali ke 3 pengandaian tujuan diatas,
Tujuan pertama, yang datang banyak. Jika kita punya dana atau suatu keunikan tersendiri tentu saja banyak orang yang ingin dekat dengan kita. Contohnya, Artis A berkunjung ke tempat A... otomatis banyak orang datang untuk melihat artis A. Setelah artisnya pulang? ya bubar. Banyak orang yang datang, apakah kalian senang? Saya senang, jika mereka datang terus menerus tanpa iming-iming apapun... 
Pertanyaannya adalah, mengapa mereka mau datang terus menerus tanpa iming-iming?

Kedua, untuk keakraban. Mengapa kita mau akrab dengan teman gereja/teman rohani, apakah diluar sana tidak ada teman berkeyakinan lain yang lebih baik? Tentu saja ada. Lalu apa bedanya dengan keakraban sebagai acara persekutuan remaja, dibanding dengan keakraban acara sekolah? lebih seru mana? lebih mendekatkan yang mana? perlukah kita dekat sedekat-dekatnya dengan sesama? 
Pertanyaan besarnya adalah, bisakah kita dekat dengan seseorang jika tidak pernah melakukan komunikasi atau percakapan yang mendalam?

Ketiga, tujuan yang lebih mulia. Tentu saja ini adalah tujuan yang kita perlu pikirkan, secara pribadi maupun secara komisi. 
Coba kalian jawab dalam hati, sebenarnya apa yang membuat saya dan teman-teman lain mau datang ke persekutuan Kristen? 
Meskipun ada halangan seperti ban kempes, hujan, baru pulang sekolah, dll... tapi saya rindu pake bingits untuk bisa datang ke acara persekutuan. Saya sudah menanti-nantikan hari persekutuan diadakan, saya ingin sekali datang.

Mengapa ada orang yang bela-belain datang ke persekutuan walaupun hujan, ban kempes, terlambat, dll. Coba tanya pada diri sendiri, jika orang itu adalah saya, mengapa saya mau bela-belain datang? 

Jika sudah menemukan jawabannya, saya bisa katakan bahwa kita akan datang dengan sendirinya, tanpa ada perlu promosi, tanpa ada acara yang wah, asalkan kalian konsisten dengan tujuan itu, tujuan yang juga membuat orang lain datang tanpa iming-iming.

Jika sudah menemukan jawabannya, lapor disini... ehh ... atau kalau sudah ketemu, biarlah itu menjadi tujuanmu sekarang sebagai remaja Kristen.

#5










Kamis, 07 April 2016

Buletin Grape PDF 2014-2015

Hai Babaters.... lama tak nge-blog, kali ini postingan bukan artikel ataupun renungan. (sayangnya begitu..)

Seperti sudah pernah dilakukan di postingan sebelumnya. Kini saatnya untuk pemberitahuan bahwa Buletin Grape edisi PDF untuk tahun 2014 dan 2015 sudah kelar.

Silahkan di download sendiri yah...

Untuk edisi 2014 dan 2015 kali ini, agar file tidak terlalu besar maka admin bagi menjadi 2 files each.
Langsung saja, linknya :



Keterangan :
File GRAPE 2014 - 1 - berisi edisi Juni, July, Agustus 2014 (edisi tahun 2014 ini untuk bulan Jan s.d Mei kita vakum)

File GRAPE 2014 - 2 - berisi edisi lanjutannya yaitu September 2014 - Desember 2014.


File GRAPE 2015 -1 - Berisi Buletin Grape dari bulan January sampai Juni 2015.\

File GRAPE 2015 -2 - Berisi lanjutannya yaitu edisi bulan July sampai Desember 2015.

Untuk password masih sama yaitu : Jesus is my shepherd.... tapi tulisannya "alay mode yahh" kayak gini :

 

Minggu, 31 Januari 2016

Do It Yourself

Beberapa waktu yang lalu saya membaca artikel tentang Ahok. Menarik, ada quotes dari perkataan Ahok seperti ini “Menurut sy, duduk diam di kaki Yesus adlh saat2 paling berharga dlm hidup ini.
Sy suka bangun pagi2 jam 4:30 dan malam sblm tidur utk saat teduh.
Kalau dulu mau pelayanan jam 6.00 pagi, sy bangun jam 4.00 pagi. Hari Minggu hrs bangun lbh pagi. Gereja hrs melatih jemaat utk memiliki hubungan intim dgn Tuhan. Pemimpin gereja hrs membawa jemaat sp mrk keranjingan baca Firman Tuhan. Kalau sudah begitu, Anda kemanapun akan membawa Alkitab.”

          Tiga tahun yang lalu saya memulai membaca Alkitab yang tahunan -- bukan 1 tahun sekali 1 ayat ya, tapi setahun penuh kalo ngikutin kalender di Alkitab itu maka terselesaikanlah pembacaan dari kitab kejadian sampai wahyu.
Khusus tahun ini, 2016. Dalam rangka resolusi tahun baru, saya putuskan TIDAK membacanya. (... jangan ditiru tapi yaaa.. #walaupunjujur)
Sebagai gantinya, saya mulai membaca buku-buku "Kristen" walaupun TIDAK tiap hari juga.

Nah, seringkali jika kita baca sendiri Alkitab tapi ga ngerti, trus apa yang kita lakukan?
Ya, kalau saya sih 99% akan baca terus meskipun ga ngerti, lanjut aja dan tidak berusaha dimengerti. Tapi terkadang 1%, saya search di google atau tanya kepada anak" yang sekolah kuliah theologi. Lebih puas mana, tanya ke google atau ke orang? Ya ke google-lah, selain cepat terjawab, kita juga bisa tahu berbagai macam aliran atau jawaban. Tapi, lebih beresiko, karena bisa saja ada situs2 yang sesat. Lah kalo nanya ke orang.... jawabannya : Tiiitt... (sensor).... titt (sensor)....

Salah satu dua kasus yang menarik, yang saya dapat dari buku adalah pertanyaan "apakah Tuhan mendidik kita dengan menggunakan penyakit dan wabah?" 
Dengan kata lain, jika teman atau saudara kita sakit dan mereka juga Kristen, samaaa.. di GKI Tumapel juga gerejanya. Apakah berarti Tuhan menghukum atau menghajar mereka?

Coba ini dulu kalian jawab....

Gimana? Kalo jawab bukan dari Tuhan tapi kok ada ayat gini: 
Ibrani 12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
12:6    karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Akhirnya buku itu menjelaskan tentang kata "menghajar" yang katanya dari bahasa Yunani paideuo... dst,dst. (saya ga bahas disini, krn point tulisan saya bukan ini)
Pendek kata, jika seorang ayah mengajar anaknya supaya tahu bahwa main api itu berbahaya, apakah ayah itu akan membakar tangan anaknya sampai melepuh atau bahkan sampai meninggal?

Lalu kedua, apa yang Rasul Paulus maksud dengan duri dalam daging? Apakah ketelusupen? apa benar, Paulus menderita suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan? sementara Alkitab mencatat dalam KIS 19:12 bahwa saputangannya aja bisa menyembuhkan. Tapi kok aneh ya, tidak berlaku untuk diri sendiri? 
Di buku yang saya baca dijelaskan juga... tapi lagi2 tidak saya jelaskan disini... #yaahh... : (

Nah teman2, mumpung awal tahun gini. Ada baiknya jika kita mulai mencari tahu kebenaran-kebenaran Firman Tuhan. Jika tidak tertarik untuk mendalami, setidaknya menyempatkan waktu untuk bersaat teduh dan membaca Alkitab. Jangan hanya menunggu hari minggu saja untuk mendengar Firman dan penjelasan/kotbah, mungkin jika kalian banyak belajar dan membaca buku Kristen.. bisa jadi kalian malah tahu sesuatu yang pengkotbah ga tahu sesuatu itu, dan kamu jadi tahu apa yang orang itu tidak tahu tentang sesuatu itu .... (bingung?)

Ada begitu banyak pertanyaan, ada begitu banyak pendapat, teori, aliran ataupun apalah namanya. Kepada siapakah kalian bertanya, valid-kah jawaban itu? Jika suatu saat kita kehilangan tempat bersekutu/beribadah (misalnya kalian diutus praktek di desa terpencil), apa yang jadi pegangan kalian, setelah TIDAK terbiasa membaca Alkitab di Malang, apakah mendadak kalian mulai membaca Alkitab disana? Tidak ada Hamba Tuhan, tidak ada internet, kepada siapa kalian bertanya jika tiba-tiba timbul pertanyaan dalam hati?

Kembali ke kutipan Ahok diatas yang saya cetak tebal, saya mengingatkan saudara untuk memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Jadilah proaktif dan jangan menunggu gereja untuk melatih saudara untuk memiliki hubungan intim dengan Tuhan... tapi latih diri sendiri untuk hal itu. Itu keputusan pribadi Bro... (and Sis).... selamat memutuskan!

#5.



 






Minggu, 15 November 2015

Ngapain Ke Gereja?

Tepatnya minggu yang lalu, (08/11/2015) Ko Febri* dalam khotbah mengatakan orang ke gereja itu ga 'define'  (menetapkan) dia adalah orang Kristen. Maksudnya, orang ga Kristen juga boleh dan bisa ke gereja.

Ceritanya, dari hasil survey kecil-kecilan di Group KR, ketika saya tanya :

Menurutmu/sharingkan singkat, alasan mengapa kamu ke gereja? (ikut kebaktian)

Jawabannya ada macam-macam, tapi saya akan bagi menjadi beberapa kategori kecil yaitu :

1. Alasan sosial :
Cari teman, mbarengi teman, kesepian di rumah ditinggal papa mama, pembantu, kucing peliharaan, cicak pun meninggalkan saya.

2. Alasan pengetahuan : Curiosity, apa saya nanti masuk sorga, apa saya nglakuin ini dosa, apa benar, apa boleh saya berbuat seperti ini, seperti apakah neraka, bagaimana saya harus bersikap, mengapa saya Kristen, ada apa di gereja A,B,C?, saya ingin tahu GEREJA itu kayak apa (survey). Saya ingin tahu musiknya gimana di Gereja yang gede itu, saya ingin tahu orang bisa bahasa roh.

3. Alasan psikologi :
Merasa bersalah, merasa kosong/hampa, merasa punya kewajiban (tanggung jawab), jenuh dengan kegiatan sehari-hari, menghindari tugas dirumah/disekolah.

4. Alasan habit/kebiasaan :
Biasa, dari kecil diajak ortu ke gereja, sampai remaja juga seakan-akan wajib ke gereja. Biasa ikut extra kurikuler, kepanitiaan, OSIS di sekolah  (gila tugas dan kegiatan) jadi jika ke gereja ada lahan untuk ‘berpartisipasi’ - kalau tidak diikuti merasa ada yang kurang. 

5. Alasan takut dan terancam : Di benak kalian terngiang “jika tidak ke gereja dosa lho”. Kalo ga ke gereja uang jajan dipotong, kalau tidak ke gereja dijewer atau diomelin ortu. Saya sakit, takut mati, ingin disembuhkan.


6. Alasan tempat layanan : Kalo mau beli bubur, di depot. Kalo mau beli sikat gigi, di mini market. Kalo mau memberi kolekte, ke gereja - diedarkan khusus hari minggu saja. Kalo mau diberkati, di hari minggu Pak Pendeta berkata "sekarang pulanglah dan terimalah berkat Tuhan"... di depot ga ada gitu-gitu.


Menurut saya, semua alasan diatas adalah benar.

Sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah :

Jika semua alasan itu benar, tapi apakah MENURUT conscience-mu (kata hati) hal itu dibenarkan?

Mari kita berandai-andai sejenak,
Jika kamu kebutuhan psikologisnya terpenuhi, kebutuhan sosialmu terpenuhi, kebutuhan rohanimu terpenuhi, semua terpenuhi –
Keluargamu adalah Keluarga Sakinah, setiap hari ada persekutuan keluarga, setiap hari kamu sudah baca Alkitab, baca renungan... APAKAH KAMU MASIH KE GEREJA ?
Jika kamu dibebaskan oleh ortu memilih agama dan kepercayaan, APAKAH KAMU MASIH KE GEREJA ?
 

 Saya akan beri 2 buah ide, untuk kalian renungkan :

1. Secara logika dan akal sehat, jika kamu ingin membeli sesuatu (sepatu, laptop, mobil, hape) tentunya kamu akan mencari tahu produk apa saja yang ada di pasaran, nanti kita sesuaikan dengan budget, dan features" yang ada. Baru kita putuskan untuk membeli produk apa, merk apa, tipe apa - dimana belinya, ada garansinya ga, dll.

Begitu juga dengan iman dan kepercayaan kamu, apakah kamu pernah mencari tahu tentang "penawaran" dari agama lain? mengapa kamu yakin dengan agamamu sekarang? apa yang bikin kamu yakin memeluk agama Kristen? apa kamu pernah mempertanyakan ajaran Kristen?

Atau kamu berpikir, ah ga neko-neko, dari kakek-nenek, papa mama, Kristen kok, nanti pindah ajaran lain bisa diusir aku dari rumah... mau makan apa? (fear).

2. Secara logika, tentu jika ada suatu tempat yang menyenangkan kamu pasti kunjungi tempat itu terus kan? misalnya ke KF*, Mc.D*nalds, dll.
Nah, apa yang kamu sukai dari 'datang' ke gereja ? mengapa kamu tidak suka datang ke tempat ibadah kepercayaan lain, apa kamu pernah mencobanya? 

Coba renungkan dengan mengurutkan satu-satu, faktor apakah yang mempengaruhi jawabanmu mengenai 'suka' datang ke gereja?
- Apakah karena faktor teman (ada gebetan, temennya asik - ga nge'genk')
- Apakah karena ga menakutkan seperti di tempat ibadah lain, ada asap-asap, bahasa asing.
- Faktor kebutuhan rohani, kotbahnya bagus, kesempatan pelayanan ada, dll.


Ya, saya tidak ingin memprovokasi saudara/i untuk mempertanyakan mengenai suatu ajaran atau kepercayaan. Tetapi sebagai pertanyaan terakhir, saya akan tanya :

Jika pada akhirnya kamu memilih untuk tidak ke gereja (lebih parah lagi, tidak Kristen) apakah itu karena faktor :

A. Saya sudah menemukan 'panggilan hidup' di ajaran lain, menemukan ajaran yang terbaik menurut kesadaran saya sendiri, tanpa paksaan, mengenai jalan masuk sorga. Ataukah....

B. Saya pernah sakit hati (KEPAHITAN) dengan orang dari ajaran ini, jadi sebaiknya saya mencari ajaran lain - apa aja boleh.
Oke, rekan-rekan... sebagai pesan terakhir dari tulisan ini,
Jika kalian bingung menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, kemanakah kalian akan bertanya? sudah pasti benarkah orang yang menjadi rujukan pertanyaanmu? atau jika mencari tahu dari buku atau google, apakah kamu yakin mereka bukan menyesatkan?


Gereja, bisa jadi tidak berisi orang-orang yang sempurna. Pelayanannya juga tidak sempurna, apalagi bangunan fisiknya. 

Ajaran lain atau mungkin - gereja lain, juga kelihatannya sempurna, orangnya baik-baik (buahnya baik), punya pedoman hidup sehat, bijak dan bahagia, lebih pas dan cocok dengan kehidupanmu. 
Dibandingkan kamu di gereja mendengar khotbah, yang terkadang merasa 'rugi' datang ke gereja, karena ternyata tidak mendapat jawaban kegalauan hatimu. (motivasi ke gereja untuk mendapat jawaban/sumber informasi)

Tetapi sebelum bingungmu bertambah lagi, ingatlah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus :

Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (
Yohanes 14:6)

dan ingatlah yang dikatakan dalam Ibrani 13 : 8-9
"Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai ajaran asing."

dalam versi Bahasa Inggris (NLT) coba amati ayat ke-9 :
8 Jesus Christ is the same yesterday, today, and forever. 9 So do not be attracted by strange, new ideas. Your strength comes from God’s grace, not from rules about food, which don’t help those who follow them.

Pesannya adalah : Strange, new ideas - do not be attracted. 
Ajaran baru, ajaran aneh", jangan tertarik kepadanya.

Selamat merenungkan.....

#5


NB :
* Ko Febri, adalah mahasiswa praktek dari SAAT - Malang.












Senin, 09 November 2015

Anugerah



Beberapa tahun yang lalu waktu saya masih kelas 2 SMA dan ikut persekutuan di KR Tumapel, setiap sesi sharing hampir selalu diberikan pertanyaan yang sama setiap Sabtunya, “Apa berkat Tuhan yang kamu rasakan selama seminggu ini?” Pertanyaannya selalu seperti itu, sampai kami semua hafal. Tapi setiap kali waktunya sharing, selalu saja kami bingung apa yang ingin kami sharingkan. Akhirnya beberapa dari kami, tidak hanya waktu itu tapi beberapa kali, menjawab, “Saya bersyukur masih diberi hidup oleh Tuhan.”

Dulu waktu saya masih kelas 2 SMA dan belum mengerti apa-apa saya merasa hal itu lucu, dan saya meyakini hal itu juga. Kalau bukan anugerah Tuhan mungkin saya tidak berada di sana dan bersekutu sama teman-teman. Tapi sekarang, menginjak tingkat 2 kuliah, saya mulai bertanya-tanya. Dalam lagunya yang berjudul ‘Jangan Menyerah’, Rian, vokalis band d’Masiv menyatakan “Hidup adalah Anugerah.” Apakah benar hidup itu adalah anugerah yang harus kita syukuri?

Jawabannya tergantung bagaimana kita memaknai hidup itu.

Di dua artikel saya sebelumnya, saya menulis tentang  hits dan YOLO. Kalau kita hidup seperti itu, saya mengerti kenapa banyak yang bersyukur masih diberi hidup oleh Tuhan. Karena semakin lama hidup, semakin lama bisa pesta pora. Malah sekarang ada quote yang lebih ekstrim lagi, yaitu ‘live fast die young’. Karena kalau matinya waktu sudah tua, sudah tidak selincah dulu lagi sehingga tinggal lemah dan sakit-sakitan. Jadi nggak bahagia.

Padahal, di luar sana banyak orang yang tidak sebahagia kita. Kita bisa pergi makan sana-sini, main sana-sini, karaoke, senang-senang, pesta-pesta, tapi di sana kita ada banyak orang yang bisa kuliah aja sudah senang. Bahkan saya percaya, korban perang di Arab dan sekitarnya pasti sangat berterima kasih pada tuhan mereka kalau mereka bisa makan dan hidup layak. Sedangkan kita di sini yang bisa tidur di kasur empuk malah kalau pagi bukannya saat teduh malah buka medsos. Kita yang bisa sekolah di sekolah atau kampus favorit malah sering nggak niat sekolah atau titip absen.

Melihat fakta seperti itu, pantaskah kita masih menganggap hidup itu anugerah—untuk mencari kebahagiaan?

Kalau seandainya kita tidak pernah dilahirkan, kita tidak perlu hidup di dunia yang menyenangkan atau menyedihkan ini—tergantung bagaimana kita memaknainya. Kalau kita jadi orang mampu, kita pasti senang karena bisa bergelimang kemewahan. Tapi kalau kita dilahirkan di tengah bencana kelaparan di Afrika, kita pasti berpikir untuk “lebih baik mati saja” daripada hidup. Tapi seperti yang sudah saya tekankan dari awal, hidup itu cuma sebentar. Saya jadi teringat kisah Lazarus dan orang kaya. Lazarus si pengemis yang hidup menderita dalam kemiskinan akhirnya duduk di pangkuan Abraham, sementara orang kaya yang setiap hari bersukaria dalam kemewahan malah menderita siksa di alam maut dalam kekekalan.

Saya kok merasa nggak tega lihat rekan-rekan saya di café yang saya ceritakan waktu itu nggak bisa kuliah. Mereka kelihatan bahagia sih di sana, tapi waktu melihat anak kuliah mereka jadi minder. Apalagi kuliahnya di Brawijaya. Terjadilah pergolakan di hati saya. Apa Tuhan ‘membiarkan’ mereka seperti itu? Bisa saja Tuhan jatuhin uang dari surga terus mereka kuliah. Tapi kenapa Tuhan seakan tidak berbuat apa-apa? Katanya Tuhan itu kasih. Tapi kok seperti ini dibiarkan? Ini dalam skala mikro. Skala makronya, kenapa Tuhan membiarkan kelaparan di Afrika, perang di Arab, dan kemiskinan di banyak tempat di dunia ini? Apa Tuhan sudah tidak kasih lagi? Apa Tuhan sudah tidak peduli?

Tapi kemudian saya teringat sesuatu. Ya, posisi saya. Sebagai orang yang dianggap ‘mampu’, saya nggak bisa diam dan nggak berbuat apa-apa. Saya yakin Tuhan menciptakan kita orang Kristen di dunia tentu punya maksud. Kita jadi orang Kristen dan diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, tapi karena kita sudah dipilih dari awal sama Tuhan. Kalau memang sudah dipilih, kita pasti punya tugas. Dan melihat ketidakadilan dalam skala mikro, saya yakin kalau saya dilahirkan di dunia ini memang ada maksudnya. Mungkin terlalu muluk saya mengatakan ini, tapi saya pikir, Tuhan ingin saya berkontribusi mewujudkan keadilan di dunia dalam skala mikro. Mungkin di antara Anda nanti ada yang terpanggil untuk mewujudkan keadilan dalam skala makro, itu tergantung pada panggilan Anda masing-masing.

Yang ingin saya sampaikan di sini, alangkah baiknya kalau kita semua mulai meningkatkan kepedulian. Apa saja ketidakadilan yang terjadi di kiri dan kanan kita? Dan setelah kita menemukannya, apa yang bisa kita perbuat bagi mereka? Kalau sekarang kita mungkin masih kecil dan belum bisa apa-apa, tapi mungkin saat dewasa kita bisa melakukannya. Yang penting, sekarang kita meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian terlebih dahulu.

Jadi, bagaimana? Apakah hidup itu sebuah anugerah?

Menurut saya, hidup itu berarti mengemban suatu tugas. Tugas untuk mewartakan Kerajaan Allah di dunia. Mewartakannya tidak harus berarti kita pergi ke padang gurun lalu berseru-seru di sana, tapi lebih ke melakukan tindakan nyata yang bisa mewujudkan Kerajaan Allah yang penuh kasih di dunia. Kalau kita bisa kuliah, kenapa tidak membantu mereka yang ingin kuliah tapi tidak mampu? Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan untuk mereka yang di sekitar kita.

Sebuah ayat yang saya temukan yang mungkin sesuai dalam konteks kita saat ini adalah Filipi 1:21-26, yaitu surat yang ditulis Paulus ketika ia di penjara.

Ayat 21-24 mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak, aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus—itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.







Yosi Lau

Minggu, 01 November 2015

YOLO



You Only Live Once. Kamu hanya hidup satu kali. Apa artinya?

Jargon ini sudah ramai diperbincangkan dan digunakan oleh orang banyak beberapa tahun terakhir. Tidak tahu asalnya dari mana, tapi faktanya ungkapan ini sering digunakan oleh remaja dan pemuda untuk membenarkan tindakan seperti party, hura-hura, hedonisme, free sex dan sebagainya. Alasannya, kamu hanya hidup sekali, jadi harus dinikmati.

Apa benar hidup cuma sekali? Memangnya setelah hidup ini, lalu mati, lalu semuanya selesai?

Di berbagai agama dan ajaran dijelaskan tentang adanya kehidupan setelah mati, misalnya reinkarnasi. Dalam pandangan saya sendiri sebagai orang Kristen yang pernah sekolah minggu,di sekolah minggu dulu sudah sering diajarkan konsep surga dan neraka.

Dari sudut pandang saya sebenarnya konsep YOLO itu bisa luas sekali, nggak hanya terbatas pada kehidupan pesta dan kebebasan. Artikel yang saya tuliskan ini masih berhubungan dengan tulisan saya sebelumnya tentang hits. Intinya hampir sama, yaitu mengejar kenikmatan dunia atau hedonisme.

Jaman sekarang orang berlomba-lomba jadi orang kaya supaya bisa pergi kesana-kemari, makan kesana kemari, mencoba café atau tempat makan yang terbaru, lalu dipamerkan di medsos supaya dianggap populer. Ingin juga travelling kesana-kemari supaya kalau ditanya orang, “sudah pernah ke tempat A?” “Sudah!” lalu merasa diri hebat atau dianggap hebat. Kalau belum pernah, dianggap kuper. Akhirnya orang yang ditanyai jadi minder lalu berusaha dengan berbagai macam cara untuk pergi ke tempat yang dimaksud atau mencoba makanan yang dimaksud. Lho, memangnya kenapa kalau nggak populer? Populer di dunia lho cuma sebentar. Jaman sekarang orang hidup paling lama sekitar 120 tahun, terus masuk surga yang notabene kekal.

Dalam hal pacaran dan mencari jodoh juga sama. Di masa sekarang, pacar juga bisa dimasukkan dalam kategori hedonisme. Karena orang yang punya pacar dianggap keren sementara orang yang tidak pacaran dianggap tidak laku. Hal ini sudah diterima luas, contohnya bisa dilihat dari banyaknya lelucon yang menjelek-jelekkan jomblo di Instagram. Santai aja. Jadi jomblo paling lama ya 120 tahun. Setelah itu kekal. Jadi, nggak masalah jadi jomblo atau nggak. Jomblo itu bukan kelemahan. Ini bukan pembelaan karena saya sendiri jomblo. Tapi orang jomblo atau tidak, punya pacar atau tidak, itu kalau tidak kehendak sendiri, ya kehendak Tuhan. Mengutip kata-kata dari seorang teman, ada orang yang memang dikehendaki Tuhan untuk hidup menyendiri supaya bisa lebih memuliakan nama Tuhan. Bukan berarti dengan kita punya pasangan lalu bisa lebih berguna bagi Tuhan. Seharusnya pacaran dimaknai sebagai sarana untuk bisa saling menolong dalam hidup untuk Tuhan. Kalau sendiri, berarti hidup untuk Tuhan dalam kesendiriannya. Karena semuanya untuk Tuhan, jadi tidak ada yang jelek.

Untuk apa mencari kesenangan yang hanya sementara? Hidup yang sekarang ini cuma sebentar. Kenapa bingung harus jadi orang kaya, harus kekinian, harus populer kalau nantinya semuanya bakal hilang dan dilanjutkan dengan kebahagiaan yang kekal di surga?

Dibandingkan mengejar yang seperti itu, kenapa kita nggak menghabiskan waktu kita yang cuma sebentar ini untuk lebih banyak melakukan hal-hal yang berkenan di hadapan Allah, misalnya memperbanyak saat teduh atau membantu teman yang kesusahan. Ini seperti investasi. Kalau kata teman saya, ibaratnya menanam bunga di surga. Dibandingkan jalan sana sini, update Instagram sana-sini, makan-makan, hangout yang hanya menyenangkan diri sendiri, kenapa nggak berusaha menolong teman yang hidupnya masih hedon untuk mengenal Tuhan lebih dekat?

Supaya tidak disalahartikan, saya tidak melarang seseorang untuk bersenang-senang. Senang itu hadiah dari Tuhan kalau kita sudah melakukan kehendak-Nya. Kalau kita capek, lelah setelah melakukan segala yang baik, nggak papa kita seneng. Kalau memang Tuhan melarang kita seneng, pasti hidup kita jadi orang Kristen itu menderita terus. Tapi perlu dicatat bahwa senang itu bukan prioritas. Itu cuma selingan. Atau bisa jadi hal yang membuat kita senang itu adalah satu alat yang diberikan pada kita oleh Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya.

Ada seorang aktor Korea yang sekarang sedang berada di puncak karirnya. Pada saat ia belum terkenal, ia pernah berkata dalam sebuah wawancara yang intinya ia ingin menjadi terkenal supaya bisa menjadi contoh bagi orang lain dan pemikiran-pemikirannya bisa diperhatikan banyak orang. Sama seperti kita. Kita yang sekarang terkenal, hits, mempunyai tanggung jawab untuk menggunakan popularitas kita untuk memberitakan injil dan menjadi contoh bagi followers kita, supaya nama Allah semakin dipermuliakan. Bagi kita yang kaya, kekayaan itu bukan untuk ber-hedon tapi untuk membantu saudara yang berkekurangan.

Kembali ke YOLO, saya punya cara lain untuk memaknai istilah ini. Hidup kita ini cuma sekali di dunia, setelah itu kekal. Selama hidup di dunia yang cuma sekali ini, kita harus memaksimalkannya semaksimal mungkin, bukan untuk berhedon bersenang-senang mengejar hits atau populer tapi buat membantu orang lain. Karena cuma satu kali, kalau udah terlajur salah ya salah. Nggak bisa diulang. Karena itu jangan sampai kita sia-siakan. Mumpung masih muda, kita masih punya banyak tenaga, masih kuat. Ingat, Tuhan menciptakan kita ada maunya untuk menambah orang percaya dan melakukan kebaikan, bukan buat kita seneng-seneng. Nanti seneng-senengnya di surga lebih lama daripada seneng-seneng di dunia.







 Yosi Lau