Minggu, 01 November 2015

YOLO



You Only Live Once. Kamu hanya hidup satu kali. Apa artinya?

Jargon ini sudah ramai diperbincangkan dan digunakan oleh orang banyak beberapa tahun terakhir. Tidak tahu asalnya dari mana, tapi faktanya ungkapan ini sering digunakan oleh remaja dan pemuda untuk membenarkan tindakan seperti party, hura-hura, hedonisme, free sex dan sebagainya. Alasannya, kamu hanya hidup sekali, jadi harus dinikmati.

Apa benar hidup cuma sekali? Memangnya setelah hidup ini, lalu mati, lalu semuanya selesai?

Di berbagai agama dan ajaran dijelaskan tentang adanya kehidupan setelah mati, misalnya reinkarnasi. Dalam pandangan saya sendiri sebagai orang Kristen yang pernah sekolah minggu,di sekolah minggu dulu sudah sering diajarkan konsep surga dan neraka.

Dari sudut pandang saya sebenarnya konsep YOLO itu bisa luas sekali, nggak hanya terbatas pada kehidupan pesta dan kebebasan. Artikel yang saya tuliskan ini masih berhubungan dengan tulisan saya sebelumnya tentang hits. Intinya hampir sama, yaitu mengejar kenikmatan dunia atau hedonisme.

Jaman sekarang orang berlomba-lomba jadi orang kaya supaya bisa pergi kesana-kemari, makan kesana kemari, mencoba cafĂ© atau tempat makan yang terbaru, lalu dipamerkan di medsos supaya dianggap populer. Ingin juga travelling kesana-kemari supaya kalau ditanya orang, “sudah pernah ke tempat A?” “Sudah!” lalu merasa diri hebat atau dianggap hebat. Kalau belum pernah, dianggap kuper. Akhirnya orang yang ditanyai jadi minder lalu berusaha dengan berbagai macam cara untuk pergi ke tempat yang dimaksud atau mencoba makanan yang dimaksud. Lho, memangnya kenapa kalau nggak populer? Populer di dunia lho cuma sebentar. Jaman sekarang orang hidup paling lama sekitar 120 tahun, terus masuk surga yang notabene kekal.

Dalam hal pacaran dan mencari jodoh juga sama. Di masa sekarang, pacar juga bisa dimasukkan dalam kategori hedonisme. Karena orang yang punya pacar dianggap keren sementara orang yang tidak pacaran dianggap tidak laku. Hal ini sudah diterima luas, contohnya bisa dilihat dari banyaknya lelucon yang menjelek-jelekkan jomblo di Instagram. Santai aja. Jadi jomblo paling lama ya 120 tahun. Setelah itu kekal. Jadi, nggak masalah jadi jomblo atau nggak. Jomblo itu bukan kelemahan. Ini bukan pembelaan karena saya sendiri jomblo. Tapi orang jomblo atau tidak, punya pacar atau tidak, itu kalau tidak kehendak sendiri, ya kehendak Tuhan. Mengutip kata-kata dari seorang teman, ada orang yang memang dikehendaki Tuhan untuk hidup menyendiri supaya bisa lebih memuliakan nama Tuhan. Bukan berarti dengan kita punya pasangan lalu bisa lebih berguna bagi Tuhan. Seharusnya pacaran dimaknai sebagai sarana untuk bisa saling menolong dalam hidup untuk Tuhan. Kalau sendiri, berarti hidup untuk Tuhan dalam kesendiriannya. Karena semuanya untuk Tuhan, jadi tidak ada yang jelek.

Untuk apa mencari kesenangan yang hanya sementara? Hidup yang sekarang ini cuma sebentar. Kenapa bingung harus jadi orang kaya, harus kekinian, harus populer kalau nantinya semuanya bakal hilang dan dilanjutkan dengan kebahagiaan yang kekal di surga?

Dibandingkan mengejar yang seperti itu, kenapa kita nggak menghabiskan waktu kita yang cuma sebentar ini untuk lebih banyak melakukan hal-hal yang berkenan di hadapan Allah, misalnya memperbanyak saat teduh atau membantu teman yang kesusahan. Ini seperti investasi. Kalau kata teman saya, ibaratnya menanam bunga di surga. Dibandingkan jalan sana sini, update Instagram sana-sini, makan-makan, hangout yang hanya menyenangkan diri sendiri, kenapa nggak berusaha menolong teman yang hidupnya masih hedon untuk mengenal Tuhan lebih dekat?

Supaya tidak disalahartikan, saya tidak melarang seseorang untuk bersenang-senang. Senang itu hadiah dari Tuhan kalau kita sudah melakukan kehendak-Nya. Kalau kita capek, lelah setelah melakukan segala yang baik, nggak papa kita seneng. Kalau memang Tuhan melarang kita seneng, pasti hidup kita jadi orang Kristen itu menderita terus. Tapi perlu dicatat bahwa senang itu bukan prioritas. Itu cuma selingan. Atau bisa jadi hal yang membuat kita senang itu adalah satu alat yang diberikan pada kita oleh Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya.

Ada seorang aktor Korea yang sekarang sedang berada di puncak karirnya. Pada saat ia belum terkenal, ia pernah berkata dalam sebuah wawancara yang intinya ia ingin menjadi terkenal supaya bisa menjadi contoh bagi orang lain dan pemikiran-pemikirannya bisa diperhatikan banyak orang. Sama seperti kita. Kita yang sekarang terkenal, hits, mempunyai tanggung jawab untuk menggunakan popularitas kita untuk memberitakan injil dan menjadi contoh bagi followers kita, supaya nama Allah semakin dipermuliakan. Bagi kita yang kaya, kekayaan itu bukan untuk ber-hedon tapi untuk membantu saudara yang berkekurangan.

Kembali ke YOLO, saya punya cara lain untuk memaknai istilah ini. Hidup kita ini cuma sekali di dunia, setelah itu kekal. Selama hidup di dunia yang cuma sekali ini, kita harus memaksimalkannya semaksimal mungkin, bukan untuk berhedon bersenang-senang mengejar hits atau populer tapi buat membantu orang lain. Karena cuma satu kali, kalau udah terlajur salah ya salah. Nggak bisa diulang. Karena itu jangan sampai kita sia-siakan. Mumpung masih muda, kita masih punya banyak tenaga, masih kuat. Ingat, Tuhan menciptakan kita ada maunya untuk menambah orang percaya dan melakukan kebaikan, bukan buat kita seneng-seneng. Nanti seneng-senengnya di surga lebih lama daripada seneng-seneng di dunia.







 Yosi Lau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar