stop saying, "dear God, I have a big problem".
say, "Hey problem, I have a big God! :)"
Entah DP itu aku save apa nggak (kayaknya nggak) tapi aku inget banget kata-katanya kayak gitu. Kesan pertama aku waktu mbaca ini, ah, ini kayak pesan buat anak-anak. Tapi kali ini aku mau share dua kasus (dua duanya based on a true story) yang membuktikan kalo kata-kata di DP itu benar dan bukan sekedar pesan buat anak-anak.
Kasus 1:
Di suatu sore yang agak berangin salah satu anak KR tiba-tiba ngepost di timeline Line-nya stiker Moon yang lagi marah besar sehingga mengundang tanda tanya anak KR lainnya di grup Line KR. Grup yang biasanya terisi guyonan dan saling bully itu mulai menjadi ladang curhatan si anak KR yang bad mood berat itu tadi. Usut punya usut, ternyata dia baru aja dapat tugas presentasi dari gurunya dimana nilai itu dipakai sebagai nilai UTS, dan si anak ini tadi merasa fail karena temen presentasinya kerjanya nggak maksimal. Bayangin aja, si anak satu ini udah kerja keras mencurahkan segenap tenaga jiwa dan raganya untuk presentasi ini sampai rela begadang malem-malem nggak tidur sedangkan temannya terkesan santai banget dan konon nggak ngebantu si anak KR ini sama sekali, bahkan dia juga nggak ngehafalin materi presentasinya. Akhirnya presentasi jadi gak maksimal dan ketika satu kelas pada berhura-hura ngerayain suksesnya presentasi mereka, si anak KR ini harus menelan pil pahit karena presentasinya nggak sesukses dan sebanding dengan usahanya.
Kasus 2:
Pukul 3 pagi itu bener-bener jadi mimpi buruk buat Mr. X si anak KR. Rasanya pingin banget ngebanting HP tak berdosa di tangannya yang berisi jarkom (jaringan komunikasi alias broadcast message) dari ketua kelas kalau acara camp sekolahnya (sekolah Kristen nih ceritanya) tiba-tiba dimajuin satu minggu -- bertepatan dengan acara camp gereja yang diikutin juga sama gebetannya. Sontak dia langsung loncat-loncat nggak karuan dan marah-marah sendiri soalnya dia kan nggak bisa apa-apa karena camp sekolah wajib diikuti sama semua anak di sekolah dan guru agama mereka menyuruh mereka membuat laporan dari tiap sesi di camp itu untuk dijadikan nilai agama. Kalau dipikir-pikir kan pasti lebih penting camp sekolah soalnya masuk nilai, tapi masalahnya dia juga udah terlanjut janji buat ngemsi di camp gerejanya. Rasanya mampet banget. Kalo dateng camp gereja, dia bisa nepatin janji ngemsi dan camp bareng si gebetan, tapi dia nggak dapet nilai agama dong. Sedangkan kalo dia dateng camp sekolah, janjinya gimana? Dan kapan lagi bisa camp sama si gebetan?
Dari dua kasus ini bisa ditarik sebuah kesamaan, dimana realita yang terjadi selalu tidak sejalan dengan harapan karena sebuah faktor eksternal. Sepertinya kita sudah usaha setengah mati untuk mendapatkan sesuatu, tapi ujung-ujungnya perjuangan itu sia-sia karena halangan dari luar, seperti di kasus 1. Bisa juga kita memang nggak terlalu usaha. Awalnya dunia seperti memberikan sebuah jalan untuk kita berdua tapi ternyata tiba-tiba hari itu nggak dimungkinkan untuk kita berdua ketemu. Sebel banget kan? Rasanya seperti di-PHP-in dunia.
Kalo kata mereka yang sudah lebih lama hidup dari kita, dunia memang seperti itu. Semuanya nggak pernah berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Pingin banget kan rasanya lempar LCD atau lempar HP?
Kenapa, Tuhan?!
Pingin banget kan rasanya naik ke atap gedung tertinggi di Malang, Bandung, Surabaya atau di manapun dan neriakin kata-kata keramat ini? Kenapa?! Kenapa kok Tuhan tega ngasih kita masalah kayak gini?! Kenapa Tuhan nggak berbuat apa-apa?! Tuhan kan punya kuasa! Please, deh! Aku sudah lelah, Tuhan. Capek aku hidup kayak gini terus. Mumpung udah di atap gedung, aku tak sekalian lompat ae wes Tuhan. Biar selesai semua masalah.
Eh jangan lompat dulu!! Tunggu! Inget tuh DP BBM di atas!
Inget, jangan bilang ke Tuhan kalo kita punya masalah besar. Bilang ke masalah kita, aku punya Tuhan yang besar!
Aku udah cerita di awal kalo dua kasus itu berdasarkan kisah nyata. Aku nggak tahu gimana yang terjadi kemudian sama anak di kasus pertama, tapi si anak di kasus kedua kelihatannya juga pernah tahu DP itu dan dia cerita kalau setelah kejadian jam 3 pagi itu dia bilang kurang lebih kayak gini ke Tuhan:
"Oke Tuhan. Aku percaya kalo Tuhan memang lebih hebat dari masalah, meskipun kelihatannya di masalah ini aku nggak punya pilihan. Tolong beri aku jalan. Gimana supaya aku tetep bisa ngemsi dan camp bareng si gebetan tapi tetep dapet nilai agama?"
Siangnya, di sekolah dia tiba-tiba ketemu sama kakak kelasnya yang sama-sama anak Kristen yang udah pernah ikut camp. Langsung si anak ini curhat ke kakak itu dan si kakak menawarkan buat nemenin pergi menghadap guru agama untuk negosiasi. Awalnya si anak ini ragu-ragu karena dia takut jangan-jangan si Guru Agama bakal bilang, "Ya itu konsekuensinya karena kamu tidak ikut camp. Jadi, kamu harus membuat makalah bla bla bla..."
Oh man.
Keesokan harinya, setelah berhasil diyakinkan sama si kakak, mereka bersama dua anak lagi yang juga sama-sama nggak bisa karena mereka juga mengikuti camp di gereja mereka masing-masing menghadap guru agama. Mereka bertiga cerita ke guru agama gimana situasi yang mereka hadapi. Guru agama tersebut lalu mulai mempertimbangkan keadaan mereka dan hasilnya.....di luar dugaan.
Guru agama tersebut dengan suara lembut berkata, "Ya sudah, nggak apa-apa karena kalian sudah terlanjur mendaftar di camp gereja kalian. Jadi kalian buat saja laporan dari camp yang kalian ikuti, nanti kalian kumpulkan sebagai ganti laporan camp sekolah."
Yess...berhasil deh dapat nilai agama tapi juga bisa ngemsi dan camp bareng si gebetan! Yeeyyy tepuk tangannnn ~ *eaa mulai rusuh*
Jadi inti dari cerita ini, DP BBM itu benar. Tuhan lebih besar dari masalah kita. Dan malah dari cerita ini bisa kita tarik sebuah kesimpulan kalau Tuhan 'sengaja' memberikan masalah itu pada kita agar kita bisa tahu betapa besarnya Tuhan dan bagaimana Dia menyelesaikan masalah sebesar apapun dengan cara yang kita sendiri nggak bisa bayangkan. Jujur aku personally nggak begitu setuju sama ungkapan, "Tuhan tidak pernah memberikan masalah yang lebih besar dari kemampuan kita." karena menurut pendapatku, manusia itu sebenarnya nggak bisa melakukan apapun kalau nggak ada Tuhan. Justru saat kita punya masalah, Tuhanlah yang sebenarnya turun tangan dan menyelesaikannya, bukan kita. Syaratnya cuma satu, ingat Tuhan! So, stop saying, "dear God, I have a big problem", say, "DEAR PROBLEM, I HAVE A BIG GOD!"
Amen.
-Yosi Lau
PS: maaf buat yang merasa kisahnya aku pinjem di sini tanpa ijin :) maksudnya baik kok kak wkwkw
ini yosi nulis" sendiri atau nggajuli vincent yg kena tag?
BalasHapus